Rabu, 17 Juli 2013

METODE PEMBELAJARAN DI MADRASAH DINIYAH

Secara umum materi Pendidikan dalam Madrasah Diniyah, mampunyai pembahasan yang sama dalam setiap kelas dan jenjang, hanya saja kedalaman materinya yang berbeda-beda. Bahan-bahan yang diajarkan dalam pendidikan Madrasah Diniyah ini menggunakan literatur kitab kuning. 
Metode pembelajaran Madrasah Diniyah
Metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara-cara yang dipergunakan untuk menyampaikan ajaran sampai ketujuan. Pemahaman terhadap materi pelajaran yang akan disampaikan terhadap siswa, akan lebih mudah dicapai dengan menggunakan metode pembelajaran.
Berikut ini beberapa metode pembelajaran di Madrasah Diniyah adalah sebagai berikut:
a.       Metode Sorogan
Metode sorogan ini merupakan bagian yang paling sulit dari keseluruhan metode pendidikan Islam tradisional, sebab metode ini menuntut kesabaran, kerajinan, ketaatan dan disiplin pribadi dari siswa.
Namun metode sorogan memang terbukti sangat efektif sebagai taraf pertama bagi seorang siswa yang bercita-cita menjadi seorang alim. Metode ini memungkinkan seorang guru mengawasi, menilai, dan membimbing secara maksimal kemampuan seorang siswa dalam menguasai bahasa Arab. Karena dalam metode ini siswa secara bergantian membaca satu persatu dihadapan ustadz.[1]
Sorogan adalah metode pendidikan yang tidak hanya dilakukan bersama ustadz, melainkan juga antara siswa dengan siswa lainnya. Dengan metode sorogan ini, siswa diajak untuk memahami kandungan kitab secara perlahan-lahan dan secara detail dengan mengikuti pikiran atau konsep-konsep yang termuat dalam kitab kata perkata.
Inilah yang memungkinkan siswa menguasai kandungan kitab baik menyangkut konsep dasarnya maupun konsep-konsep detailnya. Sorogan yang dilakukan secara pararel antara siswa juga sangat penting, karena siswa yang memberikan sorogan memperoleh kesempatan untuk mengulang kembali pemahamannya dengan memberikan penjelasan kepada siswa lainnya.
Dengan demikian, sorogan membantu siswa untuk memperdalam pemahaman yang diperolehnya lewat bandongan. 
b.      Metode Wetonan/Bandongan
Wetonan, istilah wetonan ini berasal dari kata wektu (bahasa Jawa) yang berarti waktu, sebab pembelajaran tersebut diberikan pada waktuwaktu tertentu. Metode wetonan ini merupakan metode kuliah, dimana para siswa mengikuti pelajaran dengan duduk dihadapan ustadz yang menerangkan pelajaran secara kuliah, siswa menyimak kitab masing-masing dan membuat catatan padanya. Istilah wetonan ini di Jawa Barat disebut dengan bandongan.[2]
c.       Metode Musyawarah/Bahtsul Masa'il
Metode musyawarah atau dalam istilah lain bahtsul masa'il, merupakan metode pembelajaran yang lebih mirip dengan metode diskusi atau seminar. Beberapa orang siswa dengan jumlah tertentu membentuk halaqah yang dipimpin langsung oleh ustadz, atau mungkin juga siswa senior, untuk membahas atau mengkaji suatu persoalan yang telah ditentukan sebelumnya. Dalam pelaksanaanya, para siswa dengan bebas mengajukan pertanyaan-pertanyaan atau pendapatnya.
Dengan demikian, metode ini lebih menitik beratkan pada kemampuan perseorangan di dalam menganalisis dan memecahkan suatu persoalan, dengan argumen logika yang mengacu pada kitab-kitab tertentu. Musyawarah dilakukan juga untuk membahas materi-materi tertentu dari sebuah kitab yang dianggap rumit untuk memahaminya.[3]
d.      Metode Ceramah
Metode ceramah, yaitu guru memberikan uraian atau penjelasan kepada sejumlah murid pada waktu tertentu (waktunya terbatas) dan tempat tertentu pula. Dilaksanakan dengan bahasa lisan untuk memberikan pengertian terhadap suatu masalah, karena itu cara tersebut sering juga disebut dengan metode kuliah, sebab ada persamaan guru mengjar dengan seorang dosen/maha guru memberikan kuliah kepada mahasiswa-mahasiswanya.[4]
e.       Metode Hafalan (muhafazhah)
Metode hafalan ialah kegiatan belajar siswa dengan cara menghafalsuatu teks tertentu dibawah bimbingan dan pengawasan ustadz. Para siswa diberi tugas untuk menghafal bacaan-bacaan dalam jangka waktu tertentu. Hafalan yang dimiliki siswa ini kemudian dihafalkan dihadapan ustadz secara periodik atau insidental tergantung kepada petunjuk ustadz yang bersangkutan.[5]
Materi pembelajaran dengan metode hafalan umumnya berkenaan dengan Al-Qur'an, nadham-nadham untuk nahwu, shorof, tajwid ataupun teks-teks nahwu shorof dan fiqih.
f.       Metode Demonstrasi/Praktek Ibadah
 Metode ini, adalah cara pembelajaran yang dilakukan dengan memperagakan (mendemonstrasikan) suatu keterampilan dalam hal pelaksanaan ibadah tertentu, yang dilakukan secara perorangan maupun kelompok dibawah petunjuk dan bimbingan ustadz.



[1] Zamakhsari Dhofier, Tradisi Pesantren, (Jakarta: LKIS, 2001), hal. 28-29.
[2] Dep. Agama RI, Pondok ,... ... ... ... ..., 39-40.
[3] Dep. Agama RI, Pondok ,... ... ... ... ..., hal 43
[4] Dr. Zakiah Daradjat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), hal. 289.
[5] Dep. Agama RI, Pondok ,... ... ... ... ..., 46-47

0 komentar: